Monday, August 24, 2009

Suatu Hari...

Suatu Hari di Ghadir Khum...


Salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam pada masa sebelum wafat Rasulullah SAAW adalah peristiwa Ghadir Khum. Peristiwa Ghadir Khum termasuk riwayat mutawatir (1). Dalam hadits Ghadir Khum, setelah haji wada (haji terakhir), Rasulullah menghentikan perjalanan para sahabatnya yang sudah hampir pulang ke rumahnya masing-masing di suatu tempat yang bernama Khum (antara Makah dan Madinah). Sebelumnya, dalam perjalanan dari Makah ke Madinah, Jibril turun dan mangatakan ”Hai Rasul, sampaikanlah!”. Rasulullah tidak langsung menyampaikan, melainkan mencari situasi dan waktu yang tepat untuk menyampaikan perintah Allah tersebut. Tidak lama kemudian Jibril turun kembali dan mengatakan,”Hai Rasul, sampaikanlah!” dan Rasulullah tetap belum menyampaikannya. Kemudian Jibril turun untuk ketiga kalinya dengan membawa ayat sebagai berikut :

Al Maaidah (QS5:67)
“Wahai Rasul, sampaikanlah (balligh) apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak engkau lakukan maka engkau tidak menjalankan risalah-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir “

Apabila kita perhatikan bahasa Arab ayat di atas, Allah menggunakan kata balligh (sampaikan!), yang menunjukkan perintah Allah yang sifatnya memaksa. Hal ini tentunya menunjukkan betapa pentingnya perintah “penyampaian” dalam ayat tersebut. Oleh karena itu ayat ini juga disebut ayat tabligh.

Pentingnya hal yang perlu disampaikan tersebut juga tergambarkan pada bagian akhir ayat, di mana terdapat ancaman Allah jika Rasul tidak mengerjakan perintah tersebut. Dalam ancaman tersebut seolah-olah perjuangan Nabi selama 23 tahun tidak ada artinya, atau sia sia, jika tidak menyampaikan suatu “hal”. Penundaan penyampaian yang dilakukan oleh Rasulullah tentulah didasari oleh adanya kekhawatiran dalam pikiran Rasulullah mengenai kemampuan ummatnya untuk menerima dan menjalankan perintah yang disampaikannya. Oleh karenanya Rasulullah mencari strategi bagaimana agar tidak ada alasan bagi ummat untuk menolak. Ayat di atas juga menyebutkan bahwa Allah, selain memberikan perintah kepada Rasulullah untuk menyampaikan suatu “hal” tersebut, juga memberikan jaminan berupa penjagaan kepada Rasulullah atas gangguan manusia.(2)

Dengan demikian, terdapat 3 hal penting pada ayat ini, yaitu:
1. Nabi diperintahkan untuk menyampaikan sesuatu hal yang penting
2. Allah menjaga Rasulullah dari gangguan manusia
3. Impak dari orang-orang yang tidak menerima apa yang disampaikan oleh Rasulullah

Lalu bagaimanakah isi tafsir atas ayat tabligh di atas? Sebagaimana perbedaan penafsiran yang sering kali terjadi, sebagian kecil tafsir menyebutkan bahwa ayat tabligh tersebut turun di Madinah, yaitu ketika Rasulullah diperintahkan untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang Yahudi. Apabila kita analisa tafsir tersebut, perlu kita ingat bahwa Rasulullah semenjak hijrah dari kota Mekkah, telah tinggal selama 10 tahun di kota Madinah.

Selama Rasulullah berada di Madinah tersebut, bukankah sudah ada orang orang Yahudi? Lalu kenapa baru sekarang Allah memerintahkan Rasulullah untuk menyampaikan Islam kepada mereka? Kenapa pada saat-saat terakhir sebelum Rasullah meninggal, barulah Allah mengancam Rasulullah untuk menyampaikan Islam kepada Yahudi? Berdasarkan logika dan pemahaman kita tentang sejarah Islam, tentulah kita dapat menilai bahwa tafsir ini tidak tepat dan sama sekali tidak berdasar.

Kembali kepada peristiwa Ghadir Khum. Setelah Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk berhenti, kemudian Rasulullah memerintahkan untuk menumpuk batu hingga menjadi sebuah mimbar. Kemudian Rasulullah naik ke atas mimbar tersebut dan memberikan ceramah kepada 120 ribu sahabat. Jumlah pendengar yang sangat banyak inilah yang menyebabkan riwayat ini bukan hanya shoheh, tetapi mutawatir. Dalam ceramahnya Rasulullah dengan sangat terperinci menjelaskan kepemimpinan setelah beliau. Beliau mengatakan “Man kuntu maula fa Aliyyun maula (Siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya setelah aku).”

Sekian dan Selamat Meneruskan KAJIAN..

Salaam

Tuesday, August 11, 2009

WASYI NABI... istilah yang sangat asing pada kita

Suatu perkara telah menuntut untuk dijadikan "Kajian". WASYI NABI.
Wasyi perkataan arab yang membawa maksud penerima wasiat, penyambung semua urusan2 kenabian dan kepimpinan terhadap umat yang ditinggalkannya.

Dirawayatkan bahawa Nabi Sulaiman as ketika wafatnya telah meninggalkan empayar pemerintahan yang sangat besar. Beliau juga meninggalkan seorang "wasyi" yang bernama Ashif Bin Barkhia (Beliau terkenal seorang yang dapat membawa istana Ratu Balqis sekelip mata dihadapan Nabi Sulaiman, seperti yang disebut kisahnya di dalam Al-Quran). Namun malangnya Umat Yahudi yang dominan telah melarikan kepimpinan dari "wasyi nabi" itu "bila wafat nabi" dan meletakkan kekuasaan kepada orang lain yang menjadi musuh Nabi Sulaiman as semasa beliau hidup. Terdapat juga satu gulongan yang melantik anak Nabi Sulaiman as sebagai pemimpin mereka. Maka terjadilah punca pertelingkahan dalaman bangsa yahudi yang membawa kehancuran empayar mereka pada hal "wasyi nabi" yang dipilih Allah melalui isyarat Nabi Sulaiman as sudah jelas terpilih. Berulanglah sejarah manusia mengenepikan pilihan Allah dalam hidup mereka lalu berkembanglah penyelewengan2 bangsa yahudi yang telah meninggalkan "wasyi nabi"...

Mereka telah diserang oleh kuasa2 luar diantaranya kerajaan Mesir, Babilonia, Persia, Romawi dan Islam. Akhirnya bangsa yahudi bertebaran di merata pelusuk dunia dan kini mereka cuba untuk kembali dengan menegakkan negara Israel untuk mengulangi kegemilangan empayar mereka. Di sepanjang sejarah itu gulungan yang mengikut "wasyi nabi" meneruskan kepatuhan mereka demi menjaga kesucian agama dan arahan Allah sehingga bertemu nabi2 lain - Nabi Zakaria as, Nabi Yahya as (yang disembelih oleh gulongan penentangnya) dan wasyi2 seterusnya sehinggalah mereka mengikuti isyarat2 kitab mereka bahawa jaluran Nabi dan wasyi akan mengalir seterusnya dari Bani Ismail as (anak Nabi Ibrahim as) yang akan melahirkan "Nabi Terakhir" dan "Penyelamat Akhir Zaman" yang disepakati pengikut ajaran langit yang asli dan umat Islam sebagai "Al-Mahdi".


Pada peristiwa seterusnya di zaman Nabi Isa as yang telah cuba dibunuh oleh umatnya. Beliau telah meninggalkan "wasyi" dari kalangan Hawariyyun untuk di patuhi dan dijadikan pemimpin selepasnya. Namun bangsa nasrani pula sekali lagi mengulangi sejarah mengenepikan "wasyi nabi" demi merebut kekuasaan keatas umat. Maka berlakulah perkembangan2 selanjutnya mereka mencipta tamaddun dan penyebaran ilmu2 dalam keadaan mereka meninggalkan "wasyi" yang telah dilantik oleh nabi.

Suatu kajian terperinci perlu dibuat tentang karakter-karakter umat dan kesannya, hasil dari merebut kekuasaan dari "wasyi nabi" supaya tidak menjadi pemimpin umat, menyisihkan mereka lalu dominasi dari segenap segi, penyebaran ilmu dan manipulasi dalam masyarakat menyebabkan umat tidak mendapat akses kepada jaluran langit yang dibawa oleh "wasyi nabi".

Seringkali berlaku tiada konsistensi ilmu dan maklumat langit yang berlaku pada umat apabila jaluran2 "wasyi nabi" di sisihkan kerena merekalah pemegang sebenar ilmu dan maklumat2 tersebut yang diwarisi dari nabi.

Sekian dulu... selamat mengkaji.
Salaam.

Tuesday, August 4, 2009

KAJIAN DEMI KAJIAN

Salaam,
Alhamdulillah Wabihi nasta'een.

Melalui kata "kajian" terlalu banyak perkara yang perlu dimasukan ke dalam skop ini. Perkara-perkara yang belum diketahui , sedang dianalisa (belum dirumus) juga termasuk perkara yang sudah dianggap maklum tetapi masih ada kemungkinan tersalah informasi atau salah interpretasi masih termasuk dalam gelanggang pengkajian.

Sepanjang sejarah bukti telah jelas menunjukan rantaian maklumat melalui Nabi-nabi adalah dianggap paling meyakinkan dan tidak dapat dipatahkan hujah2nya kerana kebenaran terbukti melalui mukjizat ayat2 wahyu Allah (kiatb2 dan AL-Quran), Hadis2, catitan sejarah, logika yang sahih jika didebatkan dan rantaian hubungan informasi "link / information flow" yang tidak dapat digugat kebenarannya.

Dahulu umat Yahudi telah meletakkan posisi Nabi Ismail diganti Nabi Isyak, menyebabkan mereka telah hilang konsistensi maklumat(yakni maksud2 wahyu dari kitab Taurat) yang telah jelas mengisyaratkan tentang "Nabi Terakhir" melalui jaluran Nabi Ismail bukan jaluran Nabi Isyak. Begitu juga maklumat2 tentang kelahiran "Sang Penyelamat Akhir Zaman" yang diisyaratkan dalam kitab mereka akan juga lahir dari jaluran keturunan "Nabi Terakhir".

Akibatnya mereka terpaksa meletakan posisi2 itu kepada watak2 lain seperti yang berlaku kepada Nabi Isyhak dan Nabi Ismail. Mereka seperti sedang menunggu di sungai kering yang alirannya sudah beralih kepada Nabi Ismail. Tidak akan ada aliran "Sang Mesiah" penyelamat akhir zaman melalui aliran "sungai kering" itu, kerana "sang penyelamat" itu adalah
"Al-Mahdi" mengalir dari keturunan Nabi Muhammad "Nabi Terakhir" yang kedua2nya sudah diisyaratkan dalam kitab mereka.

Fenomena ini juga berlaku kepada Umat Kristian dengan meletakan posisi "Nabi Akhir" kepada watak Nabi Isa dan "Sang Mesiah - penyelamat" kata mereka adalah Nabi Isa kedua yang akan menyelamatkan dunia di akhir zaman.

Diatas tapak ini, iaitu "Memililh Satu2 Jaluran" atau "Berada Diatas Satu2 Jalan/Keyakinan" relevannya kita menguji kembali atau sentiasa menguji....... jalan, jaluran, pandangan atau mazhab yang kita sedang dukungi dengan menganalisa sepenuhnya isyarat2 Al-Quran, Hadis dan catatan sejarah yang sama mencabar jika dibandingkan dengan sistem maklumat yang ada di pihak umat yahudi dan kristian di zaman mereka. Aqal yang sohih dan logika semulajadi anugerah Allah akan dapat menganalisa dan merumuskan hasil-hasil kajian asalkan kajian adalah sedalam2 dan sebebas-bebasnya...

Semoga Allah akan membantu dan membimbing kita melalui fasa ujian dunia yang hebat dan kekalutan pandangan antara kepelbagaian mazhab islam yang sangat mencabar ini dan akhirnya bertemu juga dengan cahaya Muhammad yang suci dan benar itu....

Wahai Allah dan Nabi temukankanlah kami (sentiasa) dengan Agamamu yang sebenar... Ameen.

Wassalaam.
Zulsaid untuk KAJIAN.